1. Latar belakang
Pembelajaran
pendidikan jasmani yang seharusnya mencakup aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik tetapi dalam prakteknya di sekolah-sekolah pembelajaran pendidikan
jasmani semakin merucut hanya mementingkan aspek psikomotorik saja, hanya
mementingkan tehnik-tehnik dasar dan penguasaan gerak, hal ini tentu saja
sangat merugikan pendidikan jasmani yang semakin lama hanya dianggap pelajaran
lari-lari ataupun pelajaran menendang bola sehingga hakikat pendidikan jasmani
semakin menghilang menjadi pendidikan kepelatihan yang hanya mengejar prestasi
padahal sudah sangat jelas di undang-undang no. 3 tahun 2005 tentang sistem
keolahragaan perbedaan antara pendidikan jasmani dan pendidikan olahraga
berbeda, tetapi melihat proses kegiatan belajar mengajar pendidikan jasmani
disekolah yang hampir menyama ratakan antara keduanya seperti contoh guru pendidikan
jasmani disekolah hanya mengajarkan tehnik bermain sepak bola berupa
tehnik-tehnik dasarnya yaitu passing,drible,shooting,control setelah peserta
didik sudah bisa melakukan gerakan dasar tersebut pembelajar dianggap selsai
oleh guru sehingga dalam proses pembelajaran ini aspek kognitif dan afektif
sangat kurang diaplikasikan
seharusnya guru juga menuntut peserta didik mampu menganalisis tehnik maupun taktik dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik mempunyai kesadaran taktik(tactical awarnes) yang memungkinkan peserta didik nantinya mampu memecahkan masalah yang bisa muncul selama berlangsungnya olahtraga tersebut selain itu guru juga harus mampu mentrasfer nila-nilai yang sebernya sudah ada dalam olahraga seperti respect, sportif, dll ke dalam diri peserta didik sehingga peserta didik mampu memetik nilai bahwa olahraga tidak sekedar mencari siapa yang paling kuat, paling cepat ataupun menjadi juara. Disitulah pendidikan jasmani tidak hanya membuat peserta didik sehat secara fisik dan berprestasi dibidang olahraga saja tetapi juga mampu meningkatkan kognisi seseorang dan mampu menerapkan nilai-nilai afektif kedalam kehidupan sehari-hari dari peserta didik tersebut.
seharusnya guru juga menuntut peserta didik mampu menganalisis tehnik maupun taktik dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik mempunyai kesadaran taktik(tactical awarnes) yang memungkinkan peserta didik nantinya mampu memecahkan masalah yang bisa muncul selama berlangsungnya olahtraga tersebut selain itu guru juga harus mampu mentrasfer nila-nilai yang sebernya sudah ada dalam olahraga seperti respect, sportif, dll ke dalam diri peserta didik sehingga peserta didik mampu memetik nilai bahwa olahraga tidak sekedar mencari siapa yang paling kuat, paling cepat ataupun menjadi juara. Disitulah pendidikan jasmani tidak hanya membuat peserta didik sehat secara fisik dan berprestasi dibidang olahraga saja tetapi juga mampu meningkatkan kognisi seseorang dan mampu menerapkan nilai-nilai afektif kedalam kehidupan sehari-hari dari peserta didik tersebut.
2. Pembahasan
Jadi supaya pendidikan jasmani dapat
kembali kepada hakikatnya harus kembali melihat lagi apa definisi maupun tujuan
dari pendidikan jasmani itu sendiri.
Pendidikan jasmani merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari pendidikan pada umumnya yang mempengaruhi potensi
peserta didik dalam hal kognitif, afektif , dan psikomotor melalui aktivitas
jasmani. Melalui aktivitas jasmani anak akan memperoleh berbagai macam
pengalaman yang berharga untuk kehidupan seperti kecerdasan, emosi, perhatian,
kerjasama, keterampilan, dsb.
Dalam Undang - Undang no. 4 tahun
1950 tentang Dasar Dasar Pendidikan dan Pengajaran Bab IV pasal 9 tertulis
pendidikan jasmani yang menuju kepada keselarasan antara tumbuhnya badan dan perkembang
jiwa, dan merupakan suatu usaha untuk membuat bangsa Indonesia yang sehat dan
kuat lahir dan batin diberian kepada segala jenis sekolah.
SK
Mendikbud nomor 413/U/1987 menyebutkan bahwa pendidikan jasmani adalah bagian
yang integral dari pendidikan melalui aktivitas jasmani yang bertujuan untuk
meningkatkan individu secara organik, neuromuscular, intelektual, dan
emosional.
Berdasarkan
pemahaman mengenai hakikat pendidikan jasmani maka tujuan pendidikan jasmani
sama dengan tujuan pendidikan pada umumnya, karena pendidikan jasmani merupakan
bagian yang integral dari pendidikan pada umumnya melalui aktivitas jasmani.
Aktivitas jasmani yang meliputi berbagai aktivitas jasmani dan olahraga hanya
sebagai alat atau sarana untuk mencapai tujuan pendididkan pada umumnya. Secara
umum tujuan pendidikan digolongkan menjadi tiga ranah/domain yaitu: ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor. Ranah kognitif mencakup tujuan berkenaan
dengan kecerdasan, pengetahuan, pemahaman,konsep, keterampilan berfikir,
analisis, dan evaluasi. Ranah afektif mencakup tujuan berkenaan dengan nilai
rasa, sikap, apresiasi, nilai sosial. Ranah psikomotor mencakup tujuan
berkenaan dengan keterampilan gerak, sikap tubuh, kebugaran jasmani, dan
kondisi fisik. Secara rinci tujuan
pendidikan di Indonesia terdapat dalam Undang - undang Republik Indonesia Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Bab II pasal 3 bahwa
tujuan pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif. Mandiri, dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sedang dalam UU no 4 Th 1954
Bab VI pasal 9 tujuan pendidikan jasmani jangka panjang adalah untuk menuju
keselarasan antara tumbuhnya badan dan perkembangan jiwa dan merupakan suatu
usaha untuk membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang kuat dan sehat lahir
dan batin.
Dalam
jangka pendek tujuan pendidikan jasmani adalah untuk :
1.
memberi
rangsang pertumbuhan badan,
2.
memperbaiki
dan membentuk gerak dan sikap tubuh,
3.
memperbesar
daya prestasi,
4.
mengembangkan
kebiasaan hidup sehat,
5.
Memajukan
semangat kerja sama,
6.
menangkal
pengaruh buruk kehidupan dari luar,
7.
membentuk
dan mempertahankan kegemaran bergerak.
Bila
dilihat manfaat dari pembelajaran pendidikan jasmani jadi akan sangat
disayangkan jika dari sekain banyak manfaat pendidikan jasmani disunat dan
hanya disisakan manfaat secara fisik saja.
3. kesimpulan
Kenapa
pendidikan jasmani menjadi semakin sempit cakupannya? Siapa yang salah? Perlu
adanya perombakan secara total tidak hanya berpusat kepada guru, tetapi juga
kepada pengambil keputusan baik dari pemerintah pusat dan tuntutan sekolah dan
juga pola pikir masyarakat, jika diurai satu-satu pemerintah pusat dalam hal
ini mendikbud yang dalam kurikulum semakin memotong jam pendidikan jasmani
tidak lebih dari 2 jam pelajaran dalam satu minggu sedangkan pihak sekolah
menuntut guru olahraga agar peserta didiknya berprestasi dalam bidang olahraga
dan masyarakat dalam hal ini wali murid juga menuntut supaya anaknya mampu
berolahraga dengan baik, ya semua hanya menuntut diaspek psikomotor mau tidak
mau guru pendidikan jasmani hanya mengajarkan olahraga dan lama kelamaan
terbentuklah pola pikir salahkaprah bahwa pendidikan jasmani adalah pelajaran
olahraga, bagaimana cara berlari, melompat, dan sebagainya.
Jadi
semua perlu menengok kembali undang-undang yang sudang sangat jelas membagi
olahraga menjadi tiga ranah, olahraga prestasi, olahrga kesehatan dan
pendidikan olahraga, yang mana oalahraga prestasi dan pendidikan olahraga
berada diranah yang berbeda bahkan mempunyai tujuan yang berbeda pula sehingga
sangat disayangkan jika keduanya digabungkan.
No comments:
Post a Comment